Image by google |
Saat ini kita kita dihadapkan
pada situasi dimana penggunaan media sosial (medos) sebegitu marak dan fenomenalnya.
Dengan mudah, pada banyak tempat, dapat kita temui pengguna media sosial. Media
sosial seolah telah menjadi candu, sekaligus tuntutan gaya hidup.
Melalui media
sosial, dengan sangat mudah orang dapat berbagi informasi. Semua jenis
informasi dari berbagai sumber dapat dengan mudah menyebar secara global, dan dalam
waktu yang relatif singkat. Saking mudahnya, informasi yang tidak jelas sumber
dan kebenaranya, dan permasalahan tertentu yang masih
sepotong-sepotong dan tidak lengkappun dengan sangat mudah tersebar. Informasi
tersebut jelas berpotensi menyesatkan dan menimbulkan fitnah oleh banyak pihak.
Di sini lah pentingnya sikap
untuk meneliti kebenaran sesuatu dan tidak tergesa-gesa (Tabayyun). Setiap informasi yang diterima
hendaknya perlu dicermati benar kebenaranya, agar tidak tersesat dan ikut
menyesatkan.
Sayangnya, tabayyun sepertinya
masih kurang membudaya di masyarakat kita. Informasi diterima dan disebar tanpa
filterisasi dan klarifikasi yang cukup. Bahkan dengan kurang mempertimbangkan keilmuan
dan pemahamanya yang terbatas, serta mengesampingkan ras empati terhadap orang
lain, sering memberikan pendapat dan kesimpulan yang seolah merasa paling benar
dengan mengatasanamakan kemerdekaan berekspresi dan keterbukaan informasi.
Beberapa
sikap yang dapat menyebabkan seseorang tidak bertabayyun diantaranya ialah sikap
sombong, egois, fanatik, merasa sudah paham, dan malas mencari kebenaran. Kenyataan
tersebut secara tidak langsung menunjukan kualitas sikap masyarakat yang masih
rendah. Tidak heran jika di media sosial tidak jarang kita temui tulisan atau
pernyataan yang secara jelas bernada saling cela, saling ejek, saling berprasangka
buruk, dan saling menggunjing yang bila diusut, akar dari permasalahan tersebut
sebenarnya adalah kurangnya sikap tabayyun.
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.”
(Al-Hujurât:
6,)
“Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan
janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam"
kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan
maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta
yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan
nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
(An-Nisâ: 94)
Semoga kita bisa bersikap lebih
bijak....
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.