Adalah seorang mahasiswa tingkat
akhir yang berada pada situasi dimana Ujian Akhir Semester (UAS) dan
penyampaian proposal penelitian kian mendekatinya. Idealnya, dalam situasi
tersebut si mahasiswa seharusnya membuat persiapan menghadapi UAS dan banyak
mencari dan membaca jurnal untuk memperkaya literarur review agar dapat
menuyusun proposal penelitian dengan baik. Akan tetapi yang terjadi malah
sebaliknya. Si mahasiswa malah banyak menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang
tidak penting dan bermalas-malasan. Beberapa kali ia sengaja bolos dari kuliah dan
lebih memilih tidur-tiduran di kosan dengan dalih capek dan agak kurang sehat.
Si mahasiswa bukanya tidak sadar akan situasi yang sedang dihadapinya, bukanya tidak tau akan konsekuensi tindakanya. Ia sadar dan tau bahwa tindakan seperti itu akan membawanya pada masalah. Tidak bisa mengerjakan UAS, IP jeblok, penelitian akhir berantakan, masalah yang tidak bisa dianggap biasa saja. Ia sadar betul, ia paham betul, akan tetapi tindakan seperti itu masih tetap dilakukanya.
(Nama asli mahasiswa sengaja tidak disebut^^)
Si mahasiswa bukanya tidak sadar akan situasi yang sedang dihadapinya, bukanya tidak tau akan konsekuensi tindakanya. Ia sadar dan tau bahwa tindakan seperti itu akan membawanya pada masalah. Tidak bisa mengerjakan UAS, IP jeblok, penelitian akhir berantakan, masalah yang tidak bisa dianggap biasa saja. Ia sadar betul, ia paham betul, akan tetapi tindakan seperti itu masih tetap dilakukanya.
(Nama asli mahasiswa sengaja tidak disebut^^)
Contoh kasus tersebut bisa jadi merupakan gejala penyakit psikologis yang disebut “Self Defeating Behaviour”. “Self Defeating Behaviour” secara sederhana dapat diartikan sebagai tindakan sengaja yang dilakukan seseorang yang justru akan menghalangi atau merusak dirinya sendiri.
Secara alamiah, manusia normalnya pasti
menginginkan apa yang baik baginya, bagi kehidupanya, masa depanya,
cita-citanya. Akan tetapi terkadang manusia justru secara sengaja melakukan
hal-hal yang merugikan dirinya sendiri meskipun ia tahu akibat dari tindakan
tersebut. Contoh kasus mahasiswa di atas dan tindakan lain seperti merokok, minum minuman keras, menyelesaikan
tugas penting di ujung waktu dll merupakan contohnya.
Witen, Dunn, dan Hammaer dalam
bukunya yang berjudul “Psychology Applied
to Modern Life” membagi Self
defeating behaviour menjadi 3 kategori yaitu sebagai berikut :
Self Defeating Behaviour Categories |
Kasus mahasiswa tadi merupakan
contoh Self Defeating Behaviour
kategori Tradeoffs, dimana Ia secara
alamiah menolak keadaan/hasil yang buruk menimpanya (Harm desired: No), akan tetapi tindakan yang sengaja dilakukanya justru
akan membahayakanya (Harm Foreseen:
Yes)
Kategori Self defeating behaviour yang lain yaitu Deliberate self-destruction lebih parah lagi. Terjadi apabila ia secara sengaja memang menginginkan keadaan/hasil yang buruk menimpanya (Harm desired: yes), dan dengan sengaja melakukan tindakan yang ia tahu akan membahayakanya (Harm Foreseen: Yes). Terjadi pada orang dengan kesehatan jiwa yang dipertanyakan.
Sedangkan kategori Counterproductive strategies terjadia apabila ia secara lamiah alamiah menolak keadaan/hasil yang buruk menimpanya (Harm desired: No), dan tidak melakukan tindakan yang akan membahayakanya (Harm Foreseen: No), akan tetapi ia berkutat pada sesuatu yang sia-sia, atau tidak menghasilkan apa-apa. Contohnya terjadi pada orang yang menginginkan dan memperjuangkan sesuatu yang mustahil untuk diraih. Ia menginginkan suatu pencapaian, melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya sia-sia. Orang tersebut tetap melakukanya, menghabiskan energi, materi, bahkan hidupnya karena ia menganggap bahwa ia akan berhasil, ia tidak sadar bahwa hal tersebut merupakan hal yang sudah jelas merupakan hal yang mustahil.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.