"Kemenangan yang tidak didasari dengan iman akan
melahirkan kesombongan, kekalahan yang tidak didasari dengan iman akan
melahirkan keputusasaan”
Jadi apapun keadanya,
entah ketika berada dalam sebuah kemenangan (kesuksesan, kebahagiaan) ataupun
dalam kekalahan (kegagalan, kesedihan) dan tidak ada iman didalamnya
maka yang akan dilahirkan adalah sama, yaitu sebuah keburukan yang pastinya
akan membawa kepada suatu kerugian. Menang jadi abu, kalah jadi arang. Hal tersebut juga dapat
dijadikan sebagai tanda bahwa apabila kita melihat seseorang/diri kita berlaku
sombong atas kemenangan, atau berputus asa atas kesedihan bisa jadi itu
merupakan pertanda kurangnya iman.
Khusus mengenai kemenangan,
Tak selayaknya sebuah kemenangan dirayakan dengan maksud menunjukan bahwa dia
lebih hebat, lebih mampu, atau lebih pantas yang mengarah pada kesombongan. Tak
sepatutnya sebuah kemenangan dirayakan berlebihan secara sengaja, dengan maksud
untuk menyakiti hati pesaing-pesaingnya yang kalah. Semakin tersakiti para pesaing-pesaingnya seolah-olah
memberi kebahagian tersendiri bagi pihak yang menang.
Teringat sebuah kisah seorang urafa pada Pada abad ketiga hijriyah bernama Serri Siqti yang harus mengucapkan istighfar selama kurang lebih 30 tahun hanya karena sebuah ucapan hamdalah (alhamdulillah) yang ia katakan. Ucapan alhamdulillah tersebut ia lontarkan lantaran peristiwa dimana pada masa itu terjadi musibah kebakaran di Baghdad dan tokonya selamat dari kebakaran sementara toko yang lain habis terbakar.
Setelah perisiwa tersebut, ia kemudian sangat menyesali sikapnya yang dianggap hanya mementingkan diri sendiri, dan tidak memperhatikan perasaan orang lain karena para pemilik toko yang terbakar bisa saja sakit hati mendengar ucapan syukur yang diucpkan Serri Siqti. Akhirnya, ia selama 30 tahun meminta ampun kepada Allah Swt atas ucapan alhamdulillah yang telah ia ucapkan itu.
Karena sejatinya, menjalin
hubungan baik antar manusia (hablumminannas) merupakan hal yang sama pentingya
dengan hubungan dengan sang pencipta (hablumminalloh), keduanya tidak bisa
dipisahkan atau dilaksanaan sebagian saja. Cukup beralasan kiranya ketika perintah
mendirikan sholat yang merupakan bentuk hubungan dengan sang pencipta hampir
selalu diiringi dengan perintah berzakat sebagai lambang hubungan antar manusia.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.