Ramadhan tahun 2017 lalu, bisa
jadi adalah Ramadhan yang sejauh ini paling berkesan. Pasalnya, Ramadhan tahun
2017 lalu benar-benar dilalui pada kondisi yang sangat berbeda dari
sebelum-sebelummnya. Suasananya, lingkungannya, makananya, kegiatanya,
waktunya, orang-orangnya, hampir semuanya berbeda. Ditambah lagi harus Jauh
dari anak-istri, keluarga, serta kerabat.
Ramadhan tahun 2017 lalu kebetulan harus dijalani di negeri ratu
Elisabeth sana, tepatnya di kota Bristol, tatkala masih menyandang status
sebagai pegawai tugas belajar. Berikut sedikit cerita dari sekian banyak yg
bisa diceritakan
Durasi Puasa
Sudah tau pastinya, kalo durasi
puasa di daratan eropa sana relatif lebih lama daripada di Indonesia. Di UK, sendiri,
rata-rata durasi puasannya adalah 19 jam, selsisih kurang lebih 6 jam dari
durasi puasa di Indonesia. “Apa kamu ga mati?”, kira2 begitu komentar dari
kebanyakan temen sekelas kalo diceritain soal puasa. Bagi mereka, puasa adalah
sesuatu yang mustahil. Lah wong diceritain soal sholat lima waktu, harus bangun
pagi sholat subuh aja mereka udah geleng-geleng.
Buka puasa jam setengah 10 malam,
pergi tarawih, pulang-pulang jam 2 malam udah sahur. Buka puasa jam-jam segitu
rawan sekali ngantuk. Pernah ada teman bercerita yang ketiduran saat menjelang
waktu berbuka, bangun-bangun udah masuk hari puasa berikutnya karena sudah
masuk waktu subuh, stengah 4 pagi. Ga buka puasa dan ga sahur :ngakak.
Tapi, meskipun durasinya lebih
lama, entah kenapa saya ga ngerasaian haus sebagaimana biasa puasa di
Indonesia, jauh beda. Mungkin karena faktor iklim dan cuaca. Pagi-pagi masih
bisa jogging, main badminton, langsung lanjut bertapa di study center
“ngerjain” disertasi tanpa rasa haus yang menggangu sampe berbuka.
Sholat Tarawih
Soal sholat tarawih ini,
bener-bener jadi PR di Ramadhan kala itu. Sesekali pernah sih tarawih di kosan
bareng-bareng temen dari Indonesia, tapi lebih sering di Assahaba Centre,
Cotham. Jarak dari flatku ke Assahaba perlu waktu sekitar 35 menit, termasuk
jalan kaki 5 menit dan 2 kali naik bus. Pernah nyoba sekali jalan kaki,
langsung kapok. Secara kontur Bristol ini naik turun parah, banyak tanjakan, dan
dingin pula.
Tarawih dimulai sekitar stengah
11, dan selesai sekitar 1 pagi. Di 10 hari terakhir durasinya biasanya lebih
lama. Bagi yang punya masalah ketahanan
lutut, mending jangan tarawih di situ. Pernah di malam kesekian
Ramadhan, durasi doa qunut Witirnya bener-bener bikin pengen melambai ke
kamera.
Nah, PR besarnya adalah perjalanan
pulang selepas Tarawih. Jam 1 malem adalah waktu berkeliaranya orang-orang
mabok. Dalam satu bus kebanyakan isinya orang-orang mabok, bau alkohol sampe
bikin mual. Kemudian, Jeda waktu antara waktu selesainya tarawih dengan jadwal
bus terkahir menuju flatku itu pendek.
Meleset dikit, udah pasti ketinggalan. Dan availabilitynya hanya hari
senin-jumat karena jadwal bus di weekend hanya sampai 12 malam. Jadi, sempat
beberapa kali ketinggalan bus, dan pernah juga kelupaan kalau hari itu weekend.
Konsekuensinya, harus jalan kaki ke flat, auto kaki pegel-pegel. Pernah juga
sekali waktu jalan ke flat dikejar-kejar orang yang lagi pada mabok. Tapi ga masalah
sih, secara masa iya kalah lari sama orang mabok, lucu aja.
Assahaba Centre |
Ngomong-ngomomg soal Masjid
Assahaba, jangan heran kalau bentuknya tidak menyerupai Masjid pada umumnya.
Bangunan tersebut awalnya adalah sebuah bioskop yang dibangun tahun 1914.
Bahkan pernah juga beralih menjadi gereja selama 44 tahun sebelum beralih
fungsi lagi menjadi sebuah pub dan comedy club. Hingga akhirnya difungsikan
sebagai Islamic centre dan Masjid seperti sekarang
Berbuka Puasa
Beberapa kali coba ikut buka Bersama
di Assahaba, biar ngirit, tapi bosan, karena menunya relatif selalu sama dan rasanya
kurang familiar di lidah saya. Selain ada Kurma, jus, dan buah, menu utamanya adalah
nasi biryani dengan porsi dan dan potongan daging yang besarnya agak gak lazim bagi
saya. Jangan salah, banyak jamaah yang mengambil porsi tambahan. Tapi kemudian maklum, melihat ukuran badan
mereka yang dominan tinggi dan besar-besar, yang kebanyakan berasal dari Arab
speaking country dan negara Afrika.
Yang paling didamba-damba, adalah
undangan berbuka puasa dari warga Indonesia yang tinggal di Bristol. Kenapa? Ya
karena di sinilah bisa menjumpai makanan-makanan khas Indonesia yang sangat
jarang kami jumpai. Sekedar tempe dan tahu pun sudah dianggap makanan mewah,
apalagi kalo disuguhi opor ayam, sambel goreng ati, pecel, bakso, dll. Jangan
lupa membawa “tupperware” atau sejenisnya, biar bisa bungkus makanan. He..he.. Sekedar
informasi, warga indonesia yang tinggal di Bristol ternyata cukup banyak. Jadi beberapa
kali, cukup sering malah, kami (para student) mendapat tawaran untuk buka bersama
dari keluarga yang berbeda. Semoga kebaikan mereka dibalas dengan pahala yang
berlipat ganda, Aamiin…
Muka-muka kegirangan para student dapet undangan bukber |
Kesempatan berjumpa dengan
makanan Indonesia yang lain adalah bukber dengan pengajian Al-Hijrah, sebuah perkumpulan komunitas muslim
Indonesia di Bristol dan sekitarnya (Visit alhijrahbristol.wordpress.com for more information). Berbagai hidangan khas nusantara tersaji di sini karena
sistemnya potluck. Sekali lagi, jangan lupa bawa “tupperware”. Hehe…
Saya juga sempat mengikuti grand iftar street party (salah satu liputanya di sini), sebuah acara buka bersama yang
diadakan di sebuah jalanan di Bristol dengan mengundang warga non-muslim di
sekitarnya, untuk menjalin silaturahmi dan menunjukan wajah islam yang
sesunggguhnya, menyusul kejadian teror di Manchester dan London yang banyak
menyudutkan umat muslim kala itu. Warga muslim dan non-muslim saling berbaur dan
berbagi, menjalin keakraban dan kekeluargaan, indah sekali. Lebih special, karena
acara seperti itu baru pertama kali diadakan di Bristol, sehingga banyak mengundang
perhatian banyak pihak termasuk media, dan sekarang ternyata malah menjadi
agenda tahunan, Alhamdulillah..
|
|
Grand Iftar street Party |
|
Segitu aja ceritanya. Masih banyak cerita lain, tapi akan terlalu panjang bila diceritakan semua. Dan juga sebelumnya sudah pernah ada teman yang cerita soal Ramadhan di Bristol tahun 2017 bisa dibaca di sini
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.