Adalah seorang bocah perempuan
berusia sekolah dasar di sebuah dusun terpencil, dusun air asam belitung timur. Di usianya tersebut ia memilih
untuk berhenti bersekolah. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah dengan
bermain atau bekerja . keluarga dan teman-temanya sudah berusaha membujuknya
agar kembali bersekolah namun ia tetap enggan. Bukan karena tidak ada biaya
(sekolah sudah tidak memungut biaya), bukan karena masalah jarak antara rumah dan
sekolah yang jauh, bukan karena ia dipaksa bekerja, atau alasan klasik penyebab
putus sekolah lainya sehingga ia memilih hal tersebut, akan tetapi ia memilih
untuk tidak bersekolah karena ia merasa dirinya bodoh. Gadis kecil itu
menganggap sekolah bukan tempat untuk orang-orang bodoh seperti dia, dia malu.
Gadis kecil itu kemudian
menuturkan, bahwa dia pernah dimarahi oleh gurunya karena tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan kepadanya.
Guru itu memarahi anak tersebut dengan sebutan “Anak Bodoh...anak bodoh..anak
bodoh”. Keesokan hari dan hari-hari berikutnya setelah kejadian tersebut, gadis
kecil itu tidak pernah lagi datang ke sekolah
-Cuplikan sebuah
wawancara pada salah satu stasiun TV-
Ucapan “Anak bodoh” yang mungkin
sebenarnya hanya sebuah luapan emosi sesaat dari sang guru rupanya begitu
membekas dan merasuk pada diri bocah perempuan tersebut. Ucapan tersebut tanpa
sadar telah membuat si bocah mendoktrin dirinya sendiri bahwa ia adalah memang
benar-benar anak bodoh, sekolah bukanlah tempat untuknya.
Dari sepenggal kisah tersebut, hal
yang mungkin dapat kita ambil dan yang mungkin merupakan hal yang kurang kita
sadari adalah bahwa ternyata hanya dengan sebuah atau beberapa kalimat saja bisa
merubah hidup seseorang, bahwa satu atau bebrapa kalimat saja bisa mempunyai efek
se-“destruktif” seperti yg dialami bocah tersebut.
Kembali ke kisah bocah tadi,
dengan berhentinya bocah tersebut dari sekolahnya dan apabila hal ini terus
berlanjut, tentu bisa mengancam dan menghancurkan masa depan anak tersebut.
Bandingkan apabila ia masih tetap melanjutkan sekolahnya, tentu masa depanya
bisa jadi lebih baik.
Apabila teori bahwa “hanya dengan sebuah atau beberapa kalimat
saja sudah bisa merubah hidup seseorang” tersebut memang benar, lalu mengapa
kita tidak coba mengaplikasikan teori tersebut kepada hal-hal ke arah
sebaliknya dari kisah bocah perempuan tadi, yaitu hal-hal yang positif, hal-hal
yang mengakibatkan efek “konstruktif”. Tidak butuh materi, tidak butuh banyak
energi, hanya dengan satu atau beberapa kalimat sudah bisa menghasilkan sesuatu
yang positif. menimbulkan motivasi, inspirasi, atau kepercayaan diri misalnya.
Jadi inget Kepala sekolah madrasahku waktu jaman SD
dulu, Bpk. Angkat namanya. Beliau terkenal baik dan penyayang. Suatu ketika, di
tengah-tengah ia bersemangat mengsisi pelajaran ia mendapati salah satu murid
bandelnya malah sibuk bermain sendiri dan mengacuhkan pelajaran yang
disampaikan. Anak ini emang cukup tekenal sebagai “trouble maker” di sekolah,
nilai pelajaranyapun pas-pasan, dan ini bukan kali pertama anak bandel tersebut
mengacuhkan pelajaran beliau. Beliau terlihat sangat marah waktu itu, tidak
seperti biasanya yang selalu menampikan wajah teduh. Setelah jam sekolah usai,
kepala sekolah menghampiri anak bandel tersebut. Anak tersebut mengira kalau
dia pasti akan dimarahi lagi, akan tetapi ia ternyata salah. Dengan nada biara
yang sebenarnya masih sedikit marah, beliau mengatakan “Nak, jangan bandel
terus! Eman-eman (jawa: sayang) otak kamu, dengan itu kamu itu sebenarnya
mampu, bahkan bisa lebih dari yang lain. Dengarkan dan percaya apa kata-kata
bapak tadi!”
Kata-kata Kepala Sekolahku
tersebut ternyata cukup dihayati oleh si anak. Ia seolah menemukan sebuah rasa
kepercayaan diri bahwa ia sebenernya mampu, bahwa ia bisa mempunyai nilai
bagus. Rasa tersebut sedikit demi sedikit merubah kebiasaaan belajarnya, hingga
akhirnya untuk pertama kalinya ia bisa mendapatkan nilai rapor yang bagus,
peringkat ke-3 di kelas dari sebelumnya entah peringkat yang ke berapa.
Apresiasi atas prestasi yang banyak diterima anak tersebut membuat perilaku
sehari-harinya mulai melunak, ia pun mulai sedikit-sedikit meninggalkan
kebiasaan bandelnya
Jadi, berhati-hatilah, satu atau
beberapa kalimat yang kita ucapkan bisa jadi itu bisa merubah hidup atau setidaknya
mempengaruhi hidup seseorang!
Credit Image: google
Credit Image: google
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.