Thursday, February 6, 2014

Kalimat yang merubah hidup



Adalah seorang bocah perempuan berusia sekolah dasar di sebuah dusun terpencil, dusun air asam  belitung timur. Di usianya tersebut ia memilih untuk berhenti bersekolah. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah dengan bermain atau bekerja . keluarga dan teman-temanya sudah berusaha membujuknya agar kembali bersekolah namun ia tetap enggan. Bukan karena tidak ada biaya (sekolah sudah tidak memungut biaya), bukan karena masalah jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, bukan karena ia dipaksa bekerja, atau alasan klasik penyebab putus sekolah lainya sehingga ia memilih hal tersebut, akan tetapi ia memilih untuk tidak bersekolah karena ia merasa dirinya bodoh. Gadis kecil itu menganggap sekolah bukan tempat untuk orang-orang bodoh seperti dia, dia malu.

Gadis kecil itu kemudian menuturkan, bahwa dia pernah dimarahi oleh gurunya karena tidak bisa  mengerjakan soal yang diberikan kepadanya. Guru itu memarahi anak tersebut dengan sebutan “Anak Bodoh...anak bodoh..anak bodoh”. Keesokan hari dan hari-hari berikutnya setelah kejadian tersebut, gadis kecil itu tidak pernah lagi datang ke sekolah

-Cuplikan sebuah wawancara pada salah satu stasiun TV-

Ucapan “Anak bodoh” yang mungkin sebenarnya hanya sebuah luapan emosi sesaat dari sang guru rupanya begitu membekas dan merasuk pada diri bocah perempuan tersebut. Ucapan tersebut tanpa sadar telah membuat si bocah mendoktrin dirinya sendiri bahwa ia adalah memang benar-benar anak bodoh, sekolah bukanlah tempat untuknya. 
Dari sepenggal kisah tersebut, hal yang mungkin dapat kita ambil dan yang mungkin merupakan hal yang kurang kita sadari adalah bahwa ternyata hanya dengan sebuah atau beberapa kalimat saja bisa merubah hidup seseorang, bahwa satu atau bebrapa kalimat saja bisa mempunyai efek se-“destruktif” seperti yg dialami bocah tersebut.
Kembali ke kisah bocah tadi, dengan berhentinya bocah tersebut dari sekolahnya dan apabila hal ini terus berlanjut, tentu bisa mengancam dan menghancurkan masa depan anak tersebut. Bandingkan apabila ia masih tetap melanjutkan sekolahnya, tentu masa depanya bisa jadi lebih baik.

Apabila teori bahwa  “hanya dengan sebuah atau beberapa kalimat saja sudah bisa merubah hidup seseorang” tersebut memang benar, lalu mengapa kita tidak coba mengaplikasikan teori tersebut kepada hal-hal ke arah sebaliknya dari kisah bocah perempuan tadi, yaitu hal-hal yang positif, hal-hal yang mengakibatkan efek “konstruktif”. Tidak butuh materi, tidak butuh banyak energi, hanya dengan satu atau beberapa kalimat sudah bisa menghasilkan sesuatu yang positif. menimbulkan motivasi, inspirasi, atau kepercayaan diri misalnya.

Jadi  inget Kepala sekolah madrasahku waktu jaman SD dulu, Bpk. Angkat namanya. Beliau terkenal baik dan penyayang. Suatu ketika, di tengah-tengah ia bersemangat mengsisi pelajaran ia mendapati salah satu murid bandelnya malah sibuk bermain sendiri dan mengacuhkan pelajaran yang disampaikan. Anak ini emang cukup tekenal sebagai “trouble maker” di sekolah, nilai pelajaranyapun pas-pasan, dan ini bukan kali pertama anak bandel tersebut mengacuhkan pelajaran beliau. Beliau terlihat sangat marah waktu itu, tidak seperti biasanya yang selalu menampikan wajah teduh. Setelah jam sekolah usai, kepala sekolah menghampiri anak bandel tersebut. Anak tersebut mengira kalau dia pasti akan dimarahi lagi, akan tetapi ia ternyata salah. Dengan nada biara yang sebenarnya masih sedikit marah, beliau mengatakan “Nak, jangan bandel terus! Eman-eman (jawa: sayang) otak kamu, dengan itu kamu itu sebenarnya mampu, bahkan bisa lebih dari yang lain. Dengarkan dan percaya apa kata-kata bapak tadi!”

Kata-kata Kepala Sekolahku tersebut ternyata cukup dihayati oleh si anak. Ia seolah menemukan sebuah rasa kepercayaan diri bahwa ia sebenernya mampu, bahwa ia bisa mempunyai nilai bagus. Rasa tersebut sedikit demi sedikit merubah kebiasaaan belajarnya, hingga akhirnya untuk pertama kalinya ia bisa mendapatkan nilai rapor yang bagus, peringkat ke-3 di kelas dari sebelumnya entah peringkat yang ke berapa. Apresiasi atas prestasi yang banyak diterima anak tersebut membuat perilaku sehari-harinya mulai melunak, ia pun mulai sedikit-sedikit meninggalkan kebiasaan bandelnya


Jadi, berhati-hatilah, satu atau beberapa kalimat yang kita ucapkan bisa jadi itu bisa merubah hidup atau setidaknya mempengaruhi hidup seseorang!


Credit Image: google



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.