Sunday, May 13, 2012

Pippo, Seedorf, dan Sandro

Pippo, Seedorf, dan Sandro

Filippo Inzaghi
Manusia Kaca Sepak Bola

mendengar nama  Fillipo Inzaghi atau yang biasa disapa Pippo, yang terbayang di pikiran kebanyakan orang mungkin adalah raja off side, suka Diving, mudah jatuh, dan Oportunis
Pelatih Gaek Manchester Unitid Sir Alex Ferguson bahkan pernah berkomentar bahwa Fillipo Inzaghi terlahir dalam posisi Offside^^ ha..ha..
saya sebagai Milanisitipun mengakui, seperti itu adanya
dan sayapun termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang pernah memandang sebelah mata kepada Pippo
bagaimana tidak, Pippo dengan perawakanya yg ceking dan sedikit lamban sangat tidak mendukung posisinya sebagai striker yang notabene tugas utamanya adalah membobol gawang lawan
dengan tugas seperti itu seorang striker idealnya tentu sesorang yang cepat, lincah, dan bertenaga

ditengah kritik dan anggapan miring itu justru gol demi gol mengalir lancar dari kaki dan kepala Pippo
duetnya bersama Alessandro Del Piero di lini depan Juventus menjadi salah satu yang paling menakutkan di Italia kala itu
Orang-orangpun mulai menepiskan keraguan kepada Pippo, dan bahkan memberikan julukan "Super Pippo" sbg bukti pengakuan atas kemampuan dan kehebatanya


waktu berlalu, Sinar Pippo kemudian sedikit meredup seiring penampilan ciamik yang ditunjukan Legiuan asal Perancis David Trezeguet di Juventus.
manajemen Juvepun kemudian memutuskan menjualnya ke AC Milan
Kepindahanya ke Milan saya tanggapi dengan dingin
Saya masih melihat Pippo sebagai pemain yang lamban dan lemah meski kenyataan menunjukan bahwa ia mencetak banyak gol di Juve
dan bahkan akhirnya saya dibuatnya kecewa karena di musim pertamanya di Milan Pippo lebih banyak berbaring di meja operasi karena cedera

tapi tidak demikian ceritanya di Musim kedua PIppo
Penampilanya di musim kedua sangat impresif, duetnya dengan Andriy Shevchenko di lini depan semakin padu.
didukung oleh Playmaker genius sekelas Rui Costa, Pippo-Sheva-Rui menjadi trisula tajam Milan yang siap menghujam tim lawan
hasilnya, gelar liga Champion dan Piala Italia berhasil direngkuh kala itu

kekecewaan kini berubah menjadi sebuah respect
satu quotes dari Pippo yang selalu saya ingat, quotes yg saya baca dalam majalah import berbahasa inggris ketika numpang baca di terminal sembari menunggu bus sehabis pulang sekolah
"Saya memang lemah, saya hanya bisa berlari dan mencari posisi yg bagus untuk terus menerus mencari peluang. karena bila kita terus mencari peluang itu pasti ada, dan itulah kesempatan saya mencetak gol"
kurang lebih seperti itu
Inzaghi memang terkenal karena positioningnya yang bagus, mungkin usaha mencari posisi yang bagus itulah yang membuat ia sering Off Side, bukti usahanya giat mencari peluang
aku yang juga berposisi sama dengan PIppo saat itu sedang mengalami masa-masa sulit
masa-masa dimana kehilangan kepercayaan diri bermain bola, minder dengan kemampuan rekan-rekan satu tim
quoes itu seolah-olah mempunyai daya magis yg bisa membuatku kembali bersemangat bermain bola
Pippo dengan segala keterbatasanya tidak hanya membuktikan bahwa ia tetap mampu mengukir prestasi tetapi juga mampu menjadi inspirasi
setidaknya bagi saya waktu itu
Respect yang tanpa disadari kini telah tumbuh menjadi sebuah kekaguman

Momen yang paling berkesan kala Pippo berseragam AC Milan adalah momen ketika Pippo memborong dua gol ke gawang Liverpool saat Final Liga Champion tahun 2007 di Athena, Yunani
dua gol itu membuat Ac Milan  menang 2-1 atas Liverpool dan berhak membawa pulang trophy Liga champion yang ke-7 bagi AC Milan

Clarence Seedorf
Sang Penjelajah

pemain ini tergolong spesial, karena satu-satunya pemain yang pernah mencicipi 4 kali gelar liga Champion dengan 3 Club yang berbeda, Ajak, Real Madrid, dan AC Milan
di awal kemunculanya banyak yang menyamakanya dengan pemain bintang Juventus asal Belanda Edgar Davids
selain karena berasal dari negara yang sama, kedua pemain itu memang memiliki penampilan fisik yang hampir mirip, cuma beda kacamata doang
tetapi peran keduaanya sedikit berbeda
Davids lebih sering berposisi sebagai penyeimbang lini depan dan belakang, sedangkan Seedorf lebih banyak difungsikan membantu penyerangan
ketika masih berbaju Inter Milan, Publik sepakbola dibuatnya terperangah dengan 2 golnya ke gawang Juventus saat kedua tim bersua
kedua gol itu dihasilkan melalui proses yang hampir sama yaitu melalui sepakan keras jarak jauh yang sepektakular
Gol itu terasa semakin spesial karena gawang yang dijebol dikawal oleh Gianluigi Buffon, salah satu kiper terbaik dunia saat itu
kendati Buffon melenting jauh berusaha menjangkau bola, tapi gol tetap tak dapat terelakan

di Milan seedorf mengalami puncak karier dan penampilanya.
Seedorf menjelma menjadi pemain penting yang memegang peranan Vital lini tengah berbeda kondisi ketika masih memperkuat tim-tim sebelumnya
kemampuanya terasa sangat matang, distrubusi dan aliran bolanya sangat bagus, daya jelajahnya sangat tinggi seolah olah ia selalu ada di semua sisi lapangan, dan tentunya yang menjadi ciri khasnya adalah tendangan Canon Ballnya yang sangat keras
Hal itulah yang membuat Real Madrid dan Inter Milan menyesal melepas aset yang satu ini
tetapi meski memiliki teknik tendangan yang mumpuni, entah kenapa Seedorf selalu gagal mengeksekusi Penalti, bahkan pada pertandingan penting
beberapa kali Seedorf pernah mengeksekusi penalti tapi tak berbuah gol, yang paling diingat tentu ketika eksekusi pinaltinya dimentahkan ketikaa final liga champion 2003 melawan Juventus
karena itulah di klubnya Seedorf tidak pernah mendapat kesempatan mengeksekusi pinalti kendati pemain2 algojo Penalti saat itu absen

Momen yang paling berkesan kala Seedorf berseragam AC Milan adalah ketika Milan berhasil mengkandaskan Manchester United 3-0 di Semifinal Liga Champion tahun 2007 di San Siro setelah di leg pertama di Old Trafford milan kalah 3-2
itu adalah penampilan terbaik Milan yang pernah saya liat menurut saya
meskipun tidak mencetak gol, peran Seedorf di lini tegah pada Milan pada petandingan itu tak tergantikan
pergerakan mega bintang Christiano Ronaldo, gelandang Gaek Scholes, Sayap elegan Ryan Giggs berhasil dimatikan oleh kerjasama Seedorf-Kaka-Gattuso-Pirlo
Milan pun akhirnya melaju ke Final dan berhasil menambah koleksi Trophy Liga Championya dengan mengkandaskan Liverpool

Allesandro Nesta
Pangeran Merah-Hitam

Sebelum di Milan, Nesta telah menunjukan kapasitasnya sebgai pemain kelas atas bersama Lazio dan bahkan telah menjadi Icon klub Ibu Kota Italia itu
Tacklingnya yg bersih, duel udaranya yang mumpuni, kemampuan membaca permainan dan menutup pergerakan lawan yang tinggi sudah biasa disematkan pada penampilanya
oleh karena itu kepindahanya ke Milan seperti sebuah anugerah dan pastinya membuat kami para Milanisti ini Sumringah
dan Nesta seperti tau betul bagaimana menjawab ekspektasi yang tinggi dari para fans terhadap dirinya itu
Nesta menunjukan penampilan yang konsisten dan memberikan rasa aman tersendiri bila line up lini belakang mencantumkan namanya

Sandro dimata saya lebih dari seorang pesepakbola dengan kemampuan yang mumpuni
Nesta adalah seorang pesepak bola yang sangat profesional dan loyal, sekaligus rendah hati
Di suatu kesempatan Sandro pernah mengungkapkan bahwa kendati dirinya berseragam AC Milan hatinya tetaplah ada di klub lamanya Lazio
sontak pernyataan itu membuat para fans kaget
meski memang sudah menjadi rahasia umum bahwa kepindahan Sandro ke Milan bukan disebabkan karena keinginan si pemain tetapi lebih karena untuk menyelamatkan Lazio yang saat itu mangalami masalah finansial
tetapi pernyataan itu tidak membuat Milansiti kecewa berat atau sakit hati, bahkan memaklumi
hal ini dikarenakan kenyataan di lapangan menunjukan tidak ada yang tidak diberikan Sandro untuk Milan
Sandro selalu berusaha meberika yang terbaik di setiap penampilanya unyuk Milan
Nesta benar-benar menunjuKan Profesionalitasnya sebagai pesepakbola kepada sebuah klub yang dibelanya, kendati hatinya masih tertambat di Lazio
dan 10 tahun pengabdianya di Milan dengan minim sekali gosip transfer akan kepindahan dirinya ke klub lain selama ini telah menonjolkan sisi loyalitasnya yang tinggi

Meskipun masuk dalam bek papan atas, Sandro tak lantas jumawa
Sandro tak pernah menganggap remeh setiap lawan yang dijumpainya dan tak segan-segan memuji lawan dan mnegakui kekurangan diri
masih sedikit ingat momen ketika Sandro yang waktu itu sudah berlabel pemain kelas atas dilewati begitu mudah dan terlihat begitu payah oleh pemain kelas medioker bernama Reginaldo yang kemudian berujung Gol bagi tim lawan kala Milan berjumpa dengan Fiorentina (tahun berapanya lupa^^)
Sandropun kemudian memberikan pujian kepada Reginaldo dan dengan terang mengungkapkan kalau dirinya harus lebih banyak lagi berlatih meski sudah masuk dalam jajaran pemain Top dunia

Momen yang paling berkesan kala Sandro berseragam Merah-Hitam bagi saya dalah ketika untuk pertama kalinya Sandro "bersedia" mengenakan Ban Kapten Milan
Nesta memang selalu menolak untuk mengenakan ban kapten Milan meski sosoknya dipandang sangat pas mengenakan ban kehormatan itu
alasanya penolakan itu seperti yang sudah diungkapkna sebelumnya, hatinya masih tertambat di Lazio
Momen itu terjadi di musim lalu kala AC Milan bertemu dengan Parma dengan pertandingan berkesudahan 4-0 untuk AC Milan

Musim ini adalah musim terakhir bagi Pippo, Seedorf, dan Sandro membela panji2 bendera AC Milan
Ingin sekali di pertandingan terakhir melawan Novara nanti, melihat ketiga pemain itu menjadi starter dengan Ban Kapten ada pada Alessandro Nesta dari menit awal

Tidak ada yang bisa saya berkan melainkan ucapan terima kasih
Pippo, semoga tetap menjadi Pippo yang tak pernah lemah oleh kritik dan berusaha menunjukan yang terbaik
Seedorf, semoga cita-citamu memajukan sepak bola negara-negara miskin di dunia kususnya di Negara dunia ke 3 dengan sekolah sepak bola yang kaumiliki tercapai
Sandro, semoga sukses di klub yang baru dengan tidak pernah menanggalkan Milan sebagai tim yang pernah dibelamu

Pemain datang dan pergi tapi kenangan indah pastia kan selalu ada di hati
Grazie..

Good Luck!
Arrivederchi....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.